1. PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN
A. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri atau sering disebut adaptasi yaitu suatu proses individu dalam melekatkan diri terhadap lingkungan. Inilah penyesuaian diri. Individu dituntut untuk mengikuti segala sesuatu seperti aturan yang berlaku di dalam suatu lingkungan. Sebetulnya definisi untuk penyesuaian diri ini sangat luas. Seperti terdapat pendapat dari ahli seperti menurut Fromm adaptasi dapat dibedakan menjadi dua yakni adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Adaptasi statis digunakan untuk perubahan kebiasaan yang sederhana, contohnya orang yang pindah dari satu kota ke kota lain.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment. Menurut Schneiders (dalam Ali dan Ansrori, 2006) definisi penyesuaian diri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi , penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas, dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan.
B. Pertumbuhan personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga.
a. Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
b. Variasi dalam pertumbuhan
Pertumbuhan yang terjadi pada suatu individu akan nampak bervariasi. Pertumbuhan individu satu akan berbeda dengan pertumbuhan individu lainnya. Terlebih dalam hal penyesuaian diri. Tidak semua orang dapat melewati proses adaptasi dengan baik. Semuanya tergantung kepada pribadinya masing – masing. Ada yang berhasil ada pula yang tidak berhasil bahkan malah ada yang menimbulkan konflik.
c. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya
d. Fenomologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipresepsikan dan diinterpretasi secara subjektif. Maksudnya adalah setiap kehidupan manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan kehidupan yang berbeda.
2. STRESS
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
A. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri atau sering disebut adaptasi yaitu suatu proses individu dalam melekatkan diri terhadap lingkungan. Inilah penyesuaian diri. Individu dituntut untuk mengikuti segala sesuatu seperti aturan yang berlaku di dalam suatu lingkungan. Sebetulnya definisi untuk penyesuaian diri ini sangat luas. Seperti terdapat pendapat dari ahli seperti menurut Fromm adaptasi dapat dibedakan menjadi dua yakni adaptasi statis dan adaptasi dinamik. Adaptasi statis digunakan untuk perubahan kebiasaan yang sederhana, contohnya orang yang pindah dari satu kota ke kota lain.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment. Menurut Schneiders (dalam Ali dan Ansrori, 2006) definisi penyesuaian diri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi , penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas, dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan.
B. Pertumbuhan personal
Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga.
a. Penekanan pertumbuhan, penyesuaian diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Carl Rogers (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
3. Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
b. Variasi dalam pertumbuhan
Pertumbuhan yang terjadi pada suatu individu akan nampak bervariasi. Pertumbuhan individu satu akan berbeda dengan pertumbuhan individu lainnya. Terlebih dalam hal penyesuaian diri. Tidak semua orang dapat melewati proses adaptasi dengan baik. Semuanya tergantung kepada pribadinya masing – masing. Ada yang berhasil ada pula yang tidak berhasil bahkan malah ada yang menimbulkan konflik.
c. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya
d. Fenomologi pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipresepsikan dan diinterpretasi secara subjektif. Maksudnya adalah setiap kehidupan manusia memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan kehidupan yang berbeda.
2. STRESS
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
A. Arti penting stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
B. Tipe-tipe stress
Menurut Moramis (1990) ada empat tipe stress psikologi yaitu:
1. Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan ketegangan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dalam diri individu, misalnya orangtua yang menuntut anaknya untuk masuk kedalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya. Anak yang menuntut orangtua untuk dibelikan semua kemauannya dan lain-lain.
2. Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha), dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana alam,kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi,pengangguran,perselingkuhan,dan lain-lain.
3. Konflik
Konflik ditimbulkan karena adanya ketidak mampuan memilih dua atau macam keinginan,kebutuhan,atau tujuan saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya, bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian approach-approach konflict, approach-avoidant conflict, dan avoidant-avoidant conflict.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan dan rasa tidak nyaman dan tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
C. Sympton reducing responses terhadap stress
Setiap manusia memiliki mekanisme pertahanan masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahanan diri (defense mechanism)yang biasa digunakan individu untuk dijadikan strategi saat menghadapi stress:
1. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya. Ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. misalnya seorang mahasiswa yang menegnggap dosen pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berprilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan dibidang lain. Misalnya andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang matematika. Namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan yang ke dua biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. misalnya, seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara. Bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat aggresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri-sendiri dari pada orang lain. misalnya: seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temanlah namun ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukkan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. misalnya seorang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut kedalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik kea lat tubuh atau mengembangkan gejalas fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan kedalam alam bawah sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat dia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Sipresi
Supresi yaitu menekan konflik impuls yang dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi”.
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi semua pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkungannya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menhadapi konflik prustasi ia menarik diri dengan berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yaqng tidak mempunyai keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Negativism adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahan pertahan diri dengan menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D. Pendekatan “problem solution” terhadap stress
Selain mekanisme pertahanan diri yang digunakan untuk mengatasi dan mengurangi stress yang timbul akibat adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang spontan untuk mengatasi stress “minor”.
• Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Coping strategy merupakan koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode coping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunakan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya. Stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulant yang memberikan wellness dan prestasi. Untuk mengatasi stress “minor”, individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak perlu menimbulkan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stress “minor” stress yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu individu yang merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buru di raport, telat datang ke kantor, dan sebagainya. Biasanya tingkat stress yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu. Namun terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan disaat stress juga tidak baik pengaruhnya bagi kesehatan fisik. Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stress. Biofeedback adalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stress dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Sumber:
Yustinus Semiun.2001.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta:Penerbit Kanisius
http://ratnawidya04.blogspot.com/2013/03/tulisan-3-penyesuaian-diri-pertumbuhan.html
http://bio-nikith.blogspot.com/2013/04/pengertian-stress.html
http://xiaolichen14.wordpress.com/2013/04/26/stress/