Senin, 14 Oktober 2013

PSIKOTES

I.                   Pendahuluan

Psikotes mungkin sudah taka sing lagi ditelinga kita. Ketika kita mencoba untuk masuk atau mendaftar kedalam suatu lembaga atau pekerjaan dan lain-lainnya, pasti kita dihadapkan pada psikotes. Psikotes memiliki banyak macam antara lain adalah Kraepelin atau Pauli / Tes Koran, Tes EPPS (Edwards Personal Preference Schedule), Tes Analog Verbal (Analog Verbal Test) ,Tes Logika Aritmatika dan lain-lainnya. Semakin majunya teknologi, sekarang ini banyak sekali situs-situs yang menyediakan psikotes secara online sehingga mudah diakses oleh siapapun dan dari manapun, dan hasilnya cepat karna tidak terlalu banyak memakan waktu. Dibawah ini adalah salah satu contoh dari psikotes


Tes psikologi (Phsicology Test) atau lebih sering disebut tes psikotest merupakan salah satu bagian dan tahap perektutan karyawan di banyak perusahan. Tujuan dari psikotes itu sendiri memiliki kesamaan diantaranya yaitu untuk mengukur aspek individu secara psikis atau untuk mengetahui kepribadian seseorang.. Psikotes juga dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa dan bisa berbentuk tertulis, proyektif, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi atau kemampuan kognitif dan emosional seseorang.

II.                Teori
Secara historis, penemu pertama metode psikotes modern adalah Frances Galton. Di era Galton, metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan dan kecerdasan seseorang dikenal dengan aliran eugenich. Metode ini meyakini bahwa bakat, kemampuan dan keuletan seseorang menganut prinsip genetika. Artinya, jika ingin mengetahui tingkat kecerdasan seseorang maka langkah pertama adalah lihat dulu dia keturan siapa. Semakin dia berasal dari keturunan orang-orang berkualitas, maka bisa dipastikan dia juga "mewarisi" kualitas moyangnya tersebut. Maka rumus Galton bisa diuraikan dalam redaksi sebagai berikut, "bakat 99% dan kemampuan 1%".

Setelah Galton, Jame McKeen Cattel menyusul dengan teori psikotes yang lebih spesifik lagi. Dalam uji cobanya, Cattel memilih obyek para siswa di sekolah menengah. Akan tetapi, di tengah uji cobanya tersebut, Cattel banyaj menuai kritik. Kritikan utama adalah adanya anggapan bahwa teori Cattel lebih bersifat lokal dan kurang universal. Artinya, teori psikotes Cattel mungkin tingkat akurasi dan aplikatifnya hanya sesuai untuk sekolah menengah tempat Cattel melakukan uji cobanya. Kritikan itu mungkin mengambil pijakan kepada adanya perbedaan nyata sekitar karakter, budaya dan basic need antar wilayah dan lokalitas. Sehingga hasil uji psikotes antar lokal berbeda.

Setelah McKeen Cattel, muncul nama Alfred Binet. Di era Binet lah, metode psikotes mulai menemukan titik cerahnya. Baik secara metodologi maupun secara formal, psikotes mulai diakui akurasi dan kevalidannya. Binet telah berhasil menempatkan psikotes sebagai sebuah metode pengukuran kecerdasan seseorang, meski masih berlaku hanya dalam dunia akademis. Itu sebabnya perdana menteri Perancis saat itu menugaskan Binet untung membuat formulasi tes untuk mencari penyebab kenapa para siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar-mengajarnya. Di tangan Binet, psikote7 diformat dengan berbagai corak dan model soal stimulan. Seperti tes vocabulary, tes logika, tes bahasa dan tes gambar.
Adapun para penemu teori-teori psikotes pasca Binet, seperti Charles Spearman, Louis L.Thurstone, John Horn, Peter Salovey, Howard Gardner, dan Robet Stenberg, mereka renua adalah pengembang teori-teori psikotes. Di tangan mereka, psikotes menjadi sebuah metode yang valid dan aplikasinya bersifat universal

III.             Analisa
Psikotes bertujuan untuk mengungkapkan berbagai corak kepribadian yang tersembunyi dan sukar untuk diketahui melalui wawancara atau pengamatan biasa sehari-hari, atau bahkan orang yang kenal saja belum tentu mengetahui kepribadiaan orang tersebut, maka dari itu diperlukan psikotes untuk orang yang belum mengenal secara keseluruhan. Setiap gambar pada psikotes memiliki artinya masing-masing, dan ketika diwawancarai biasanya akan terlihat gerak gerik duduk atau posisi duduk dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan itupun memiliki arti tersendiri, sehingga sejak memasuki ruangan kita akan di perhatikan dengan detail, mulai dari pakaian gaya rambut sampai minyak wangi, penampilan harus meyakinkan bahwa kita mempunyai kepribadian yang baik dan siap mengahadapi bermacam-macam tugas yang diberikan oleh atasan. Mungkin kedengarannya seperti judge orang melalui covernya tetapi cover juga menjadi nilai plus dalam menilai seseorang, jika seseorang berpenampilan rapi maka biasanya akan enak untuk dilihat atau tidak membuat orang bosan untuk melihatnya.
Contoh kasus : Ada seorang pria yang mencoba melamar pekerjaan disebuah perusahaan, tetapi secara penampilan fasion seperti tidak ingin melamar pekerjaan, yaitu dengan rambut panjang, celana sempit dan lain-lainnya. Sehingga membuat staf perekrutan pegawai baru tidak yakin bahwa orang tersebut mampu atau tidak dalam memajukan perusahaannya, jadi sudah sewajarnya ia mengalami penolakan


Referensi