I.
Pendahuluan
Psikotes mungkin sudah taka sing lagi ditelinga
kita. Ketika kita mencoba untuk masuk atau mendaftar kedalam suatu lembaga atau
pekerjaan dan lain-lainnya, pasti kita dihadapkan pada psikotes. Psikotes
memiliki banyak macam antara lain adalah Kraepelin atau Pauli / Tes Koran, Tes EPPS (Edwards Personal Preference
Schedule), Tes Analog Verbal
(Analog Verbal Test) ,Tes Logika Aritmatika dan lain-lainnya. Semakin
majunya teknologi, sekarang ini banyak sekali situs-situs yang menyediakan psikotes
secara online sehingga mudah diakses oleh siapapun dan dari manapun, dan
hasilnya cepat karna tidak terlalu banyak memakan waktu. Dibawah ini adalah
salah satu contoh dari psikotes
Tes psikologi (Phsicology Test) atau lebih sering
disebut tes psikotest merupakan
salah satu bagian dan tahap perektutan karyawan di banyak perusahan. Tujuan
dari psikotes itu sendiri memiliki kesamaan diantaranya yaitu untuk mengukur
aspek individu secara psikis atau untuk mengetahui kepribadian seseorang..
Psikotes juga dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa dan bisa
berbentuk tertulis, proyektif, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi
untuk mengukur fungsi atau kemampuan kognitif dan emosional seseorang.
II.
Teori
Secara historis, penemu pertama metode psikotes modern adalah Frances
Galton. Di era Galton, metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan
dan kecerdasan seseorang dikenal dengan aliran eugenich. Metode ini meyakini
bahwa bakat, kemampuan dan keuletan seseorang menganut prinsip genetika.
Artinya, jika ingin mengetahui tingkat kecerdasan seseorang maka langkah
pertama adalah lihat dulu dia keturan siapa. Semakin dia berasal dari keturunan
orang-orang berkualitas, maka bisa dipastikan dia juga "mewarisi"
kualitas moyangnya tersebut. Maka rumus Galton bisa diuraikan dalam redaksi
sebagai berikut, "bakat 99% dan kemampuan 1%".
Setelah Galton, Jame McKeen Cattel menyusul dengan teori psikotes yang lebih spesifik lagi. Dalam uji cobanya, Cattel memilih obyek para siswa di sekolah menengah. Akan tetapi, di tengah uji cobanya tersebut, Cattel banyaj menuai kritik. Kritikan utama adalah adanya anggapan bahwa teori Cattel lebih bersifat lokal dan kurang universal. Artinya, teori psikotes Cattel mungkin tingkat akurasi dan aplikatifnya hanya sesuai untuk sekolah menengah tempat Cattel melakukan uji cobanya. Kritikan itu mungkin mengambil pijakan kepada adanya perbedaan nyata sekitar karakter, budaya dan basic need antar wilayah dan lokalitas. Sehingga hasil uji psikotes antar lokal berbeda.
Setelah McKeen Cattel, muncul nama Alfred Binet. Di era Binet lah, metode psikotes mulai menemukan titik cerahnya. Baik secara metodologi maupun secara formal, psikotes mulai diakui akurasi dan kevalidannya. Binet telah berhasil menempatkan psikotes sebagai sebuah metode pengukuran kecerdasan seseorang, meski masih berlaku hanya dalam dunia akademis. Itu sebabnya perdana menteri Perancis saat itu menugaskan Binet untung membuat formulasi tes untuk mencari penyebab kenapa para siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar-mengajarnya. Di tangan Binet, psikote7 diformat dengan berbagai corak dan model soal stimulan. Seperti tes vocabulary, tes logika, tes bahasa dan tes gambar.
Adapun para penemu teori-teori psikotes pasca Binet, seperti Charles Spearman, Louis L.Thurstone, John Horn, Peter Salovey, Howard Gardner, dan Robet Stenberg, mereka renua adalah pengembang teori-teori psikotes. Di tangan mereka, psikotes menjadi sebuah metode yang valid dan aplikasinya bersifat universal
Setelah Galton, Jame McKeen Cattel menyusul dengan teori psikotes yang lebih spesifik lagi. Dalam uji cobanya, Cattel memilih obyek para siswa di sekolah menengah. Akan tetapi, di tengah uji cobanya tersebut, Cattel banyaj menuai kritik. Kritikan utama adalah adanya anggapan bahwa teori Cattel lebih bersifat lokal dan kurang universal. Artinya, teori psikotes Cattel mungkin tingkat akurasi dan aplikatifnya hanya sesuai untuk sekolah menengah tempat Cattel melakukan uji cobanya. Kritikan itu mungkin mengambil pijakan kepada adanya perbedaan nyata sekitar karakter, budaya dan basic need antar wilayah dan lokalitas. Sehingga hasil uji psikotes antar lokal berbeda.
Setelah McKeen Cattel, muncul nama Alfred Binet. Di era Binet lah, metode psikotes mulai menemukan titik cerahnya. Baik secara metodologi maupun secara formal, psikotes mulai diakui akurasi dan kevalidannya. Binet telah berhasil menempatkan psikotes sebagai sebuah metode pengukuran kecerdasan seseorang, meski masih berlaku hanya dalam dunia akademis. Itu sebabnya perdana menteri Perancis saat itu menugaskan Binet untung membuat formulasi tes untuk mencari penyebab kenapa para siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar-mengajarnya. Di tangan Binet, psikote7 diformat dengan berbagai corak dan model soal stimulan. Seperti tes vocabulary, tes logika, tes bahasa dan tes gambar.
Adapun para penemu teori-teori psikotes pasca Binet, seperti Charles Spearman, Louis L.Thurstone, John Horn, Peter Salovey, Howard Gardner, dan Robet Stenberg, mereka renua adalah pengembang teori-teori psikotes. Di tangan mereka, psikotes menjadi sebuah metode yang valid dan aplikasinya bersifat universal
III.
Analisa
Psikotes
bertujuan untuk mengungkapkan berbagai corak kepribadian yang tersembunyi dan
sukar untuk diketahui melalui wawancara atau pengamatan biasa sehari-hari, atau
bahkan orang yang kenal saja belum tentu mengetahui kepribadiaan orang
tersebut, maka dari itu diperlukan psikotes untuk orang yang belum mengenal
secara keseluruhan. Setiap gambar pada psikotes memiliki artinya masing-masing,
dan ketika diwawancarai biasanya akan terlihat gerak gerik duduk atau posisi
duduk dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dan itupun memiliki
arti tersendiri, sehingga sejak memasuki ruangan kita akan di perhatikan dengan
detail, mulai dari pakaian gaya rambut sampai minyak wangi, penampilan harus
meyakinkan bahwa kita mempunyai kepribadian yang baik dan siap mengahadapi
bermacam-macam tugas yang diberikan oleh atasan. Mungkin kedengarannya seperti
judge orang melalui covernya tetapi cover juga menjadi nilai plus dalam menilai
seseorang, jika seseorang berpenampilan rapi maka biasanya akan enak untuk
dilihat atau tidak membuat orang bosan untuk melihatnya.
Contoh kasus : Ada seorang pria yang mencoba melamar
pekerjaan disebuah perusahaan, tetapi secara penampilan fasion seperti tidak
ingin melamar pekerjaan, yaitu dengan rambut panjang, celana sempit dan
lain-lainnya. Sehingga membuat staf
perekrutan pegawai baru tidak yakin bahwa orang tersebut mampu atau tidak dalam
memajukan perusahaannya, jadi sudah sewajarnya ia mengalami penolakan
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar